
DatDut.Com – Entahlah apakah ini natural atau by design. Tapi melihat polanya, sepertinya ini tidak natural. Ini kemungkinan besar menjadi strategi kelompok HTI.
Selain itu, ini memunculkan pertanyaan, untuk apa berdandan ala Syekh al-Azhar segala? Padahal, umumnya ulama di Indonesia tak berdandan seperti ini.
Ini juga justru menandakan ketidakpercayaan diri yang memakainya dengan kapasitas keilmuannya sehingga harus dipoles dengan dandanan.
Lihatlah Gus Baha yang ilmunya tak diragukan. Dandanannya sederhana sekali, tak berlebihan.
Hal inilah yang dikomentari oleh Ust. Dr. Syarif Hade dalam postingan Facebooknya seperti berikut:
Boleh tahu, ini syekh Al Azhar cabang mana ya? 😊
Padahal, “syekh Al Azhar” KW ini yang pernah saya komentari kesalahannya dalam tashghir kata “ruwaibidhah”. Tapi kok ya PD dandan ala Syekh Al Azhar. 😊
Ini pasti strategi by design. Bukan by nature. Kalau di Jawa Timur pakai K.H., Gus, ulama Aswaja. Meskipun cuma imam mushalla. Karena di Jatim umumnya masyarakat hormatnya dengan gus, kiai, dan ulama Aswaja.
Di jabotabek, pakai seragam syekh Al Azhar. Meskipun tashghir kata “ruwaibidhah” saja masih salah. Karena di Jabodetabek umumnya standar keulamaan itu harus pernah belajar di Timur Tengah atau lembaga filialnya.
Padahal keulamaan itu bukan soal dandanan dan label di depan nama. Ia soal keilmuan yang matang dan mumpuni minimal pada satu bidang ilmu.
Tapi ya sudahlah. Mereka demennya baru di level dandanan. Kalau gini saya jadi ingat Sunda Empire. Ternyata benar memang tatanan dunia jadi kacau setelah Sunda Empire dibubarkan. 😊
Jadi inget omongan tetangga depan komplek, “Pak, HTI itu singkatannya Hizbu Tipu-tipu Indonesia ya?” “Lho kok gitu?” kata saya. “Soalnya kerjaan nipu dan ngelabui umat Islam,” katanya. “O gitu ya,” jawab saya singkat sambil senyum-senyum karena sepertinya ada benarnya. 🙏😊
Komentar
- Ini 5 Etika Membaca Alquran - 18 Januari 2021
- Ini 5 Keutamaan Membaca dan Mengkhatamkan Al-Qur’an - 18 Januari 2021
- Ini 5 Guru Ibnu Athaillah, Penulis Al-Hikam - 14 Januari 2021