DatDut.Com – Bisakah kita menyikapi masalah dengan hepi dan percaya diri? Hanya kita yang bisa menjawabnya.
Tentu tak semua orang bisa menyikapi seperti itu. Tapi keyakinan kita tentang janji Tuhan bahwa Allah selalu bersama orang yang sabar, tentu akan menenangkan batin kita.
O iya, hepi di sini bukan berarti kita tertawa-tawa saat mendapat masalah. Kita patut hepi karena pasti ada hikmah yang bisa kita petik dari masalah yang kita alami. Kita yakin Allah menyimpan misteri tersembunyi tentang semua masalah itu.
Namun, kita juga butuh percaya diri untuk mengatasi masalah yang kita hadapi, meskipun kita tidak boleh takabur dan tingggi hati.
Percaya diri perlu kita miliki agar kita bisa segera bangkit menata diri dan menatap masa depan yang lebih berarti.
Air mata juga bagian yang tak kalah penting dalam meringankan beban di dada dan mengusir kecewa atas apa yang menimpa.
Kisah tentang Abdurrahman bin Ajlan yang bermalam di rumah Rabi bin Khaitsam, menjadi pelajaran penting bagaimana para ulama tak malu meneteskan air mata. Malam itu beliau salat dan secara kebetulan beliau membaca ayat:
Apakah orang-orang yang membuat kejahatan itu menyangka bahwa Kami akan menjadikan mereka seperti orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh, yaitu sama antara kehidupan dan kematian mereka? Amat buruklah apa yang mereka sangka itu (QS Al-Jatsiyah [45]: 21).
Lebih lanjut, Abdurrahman bin Ajlan menuturkan, “Setelah membaca ayat itu, beliau tidak bisa meneruskan lagi ayat itu sepanjang malam hingga subuh lantaran tangis yang tak bisa dibendung lagi.”
Pada saat ibunya melihat tangisnya begitu lama, keseriusan tangisnya, dan apa yang terjadi pada dirinya, ibunya berkata padanya, “Anakku, apa kamu habis membunuh orang, lalu kamu takut kalau kamu dibalas dibunuh?” Rabi‘ berkata pada ibunya, “Iya, Bu.”
Ibunya berkata lagi, “Siapakah dia? Biar kita bisa memintakan permohonan maaf pada keluarganya dan membebaskan kewajibanmu pada mereka karena Allah. Demi Allah, andai mereka melihat apa yang terjadi padamu, tentu mereka akan mengasihanimu dan meringankan hukumanmu.”
Rabi‘ berkata, “Saya telah membunuh diri saya sendiri (maksudnya membunuhnya dengan melakukan dosa dan kemaksiatan).” Selain tentang kisah Rabi’ ini, berikut 5 ulama lain yang tak canggung untuk menangis saat ada sesuatu yang mengganggu batinnya:
1. Abu Hanifah
Yazid bin Al-Kumait menceritakan bahwa Abu Hanifah diketahui sangat takut sekali pada Allah. Suatu malam saat Isya, Ali bin Al-Husain yang bertugas sebagai muazin membacakan surah Al-Zalzalah [99].
Saat itu Abu Hanifah berada di belakangnya. Setelah mendengar itu, Abu Hanifah terus berdiri hingga subuh dengan terus mengatakan:
“Wahai Zat Yang membalas sebiji bayam kebaikan dengan kebaikan! Wahai Zat Yang membalas sebiji bayam kejelekan dengan kejelekan! Selamatkanlah Al-Nu‘man (nama asli Abu Hanifah), hamba-Mu ini, dari neraka dan kejelekan-kejelekan yang dapat mendekatkan ke neraka dan masukkan hamba-Mu ini dalam hamparan luas rahmat-Mu.”
Asad bin ‘Amr suatu saat bercerita tentang Abu Hanifah. Dia mengatakan bahwa Abu Hanifah mengerjakan salat isya dan salat subuh dengan satu wudhu selama empat puluh tahun.
2. Ibnul Mubarak
Nu‘aim bin Hammad bercerita bahwa ada seorang lelaki yang berkata pada Ibnul-Mubarak, “Semalam saya membaca seluruh Alquran dalam satu malam.”
Menanggapi hal itu, Ibnul Mubarak mengatakan, “Namun saya tahu seseorang yang semalam yang tak henti-hentinya mengulang surah Al-Takatsur [102] sampai subuh tidak sekedar membaca begitu saja.” Maksudnya, dengan disertai tangis dan takut pada Allah.
3. Sufyan Tsauri
Ibnu Mahdi bererita, “Saya melihat Sufyan Al-Tsauri dalam beberapa malam bangun dari tidurnya dalam keadaan ketakutan dengan berteriak-teriak, ‘Neraka! Neraka! Neraka telah menyibukkanku untuk tidak tidur dan memenuhi keinginan syahwat!’”
4. Hasan Bashri
Suatu saat Hasan Bashri lewat di depan seorang pemuda yang sedang tertawa terpingkal-pingkal. Saat itu pemuda ini sedang duduk bersama sekelompok orang dalam suatu majelis.
Hasan berkata padanya, “Kisanak, apakah kamu sudah pernah lewat Jembatan Shirâth?” Pemuda itu menjawab, “Belum.”
Hasan bertanya lagi, “Apa kamu sudah tahu akan ke surga atau akan ke neraka kamu nantinya?” Pemuda itu menjawab, “Tidak.” Hasan melanjutkan lagi, “Lalu ini tertawa apa?” setelah peristiwa itu, pemuda ini tidak pernah terlihat lagi tertawa.
5. Ibnu Abbas
Ibnu Abbas r.a. suatu saat ditanya tentang orang-orang yang takut? Beliau menjawab, “Hati mereka bahagia dengan ketakutan pada Allah. Mata mereka selalu menangis.
Mereka mengatakan, ‘Bagaimana kita bisa senang, sementara kematian ada di depan kita. Kuburan sudah menunggu. Hari Kiamat pasti kita temui. Di atas Jahannam menjadi jalan kita. Kita juga akan berdiri di hadapan Tuhan kita, Allah.”
Contents