Kategori
Wisata

Disadari atau Tidak Ternyata Isu dan Hoax yang Berkembang Selalu Berujung pada 5 Hal Ini

DatDut.Com – Akhir-akhir ini berbagai hoax berbau politik yang terus menyudutkan pemerintah kian sering kita temukan. Dari soal logo Bank Indonesia dalam desain uang baru hingga ormas yang disangka sebagai ormas WNA.

Berbagai kebijakan dan diputuskan oleh pemerintah selalu jadi bahan bully. Hoax bertebaran dan ketika ditelusuri ternyata sumbernya bukan orang awam tapi pengguna medsos dengan ribuan follower. Fenomena apakah ini?

Terlepas siapa di balik gerakan yang terus membangkitkan semangat revolusi terhadap pemerintahan yang sah, semua hoak yang berkembang dan berbagai isu ternyata ujung-ujungnya kembali pada 5 hal ini.

Sayangnya banyak orang yang sudah tersentuh emosinya hingga selalu terbawa ketika ada berita terkait 4 hal tersebut. Silakan Anda amati dan Anda rasakan isu yang berkembang. Karena ujung-ujungnya akan menggiring opini dan membuat kita meyakini adanya 5 hal berikut:

 

1. Apa Pun Masalahnya China, Ujung-ujungnya Jokowi yang Salah

Ingat iklan teh botol dengan ungkapan apa pun makananya, minumnya teh botol…? Perhatikan berbagai isu yang terus disorot sebagian orang terkait pemerintah. Fitnah lawas saat kampanye yang mengatakan Presiden Jokowi keturunan China masih terus dianut dengan kukuh oleh sebagian orang. Sehingga kebijakan apa pun selalu dicurigai pro-China alias aseng.

Dikembangkan isu seolah-olah pemerintahan sekarang pro-China dan apa-apa tergantung China. Contoh paling mudah soal impor cangkul. Seperti dikutip dari Jurnal.id, sebenarnya impor cangkul dari China telah dilakukan Indonesia sejak 2002.

Namun isu yang berkembang seolah baru di era Jokowi ada impor cangkul. Terangkatnya isu ke permukaan lantas disuarakan oleh kelompok tertentu untuk menyimpulkan dan menyuarakan bahwa pemerintah sudah pro-China.

Impor alat pertanian semacam cangkul memang keterlaluan, namun menimpakan kesalahan kepada satu orang tentunya juga tidak benar.

 

2. Apa Pun Langkah Pemerintah, Pencitraan Tuduhannya

Poin ini adalah pasangan ideal untuk poin pertama. Jika semua sudah dikaitkan dengan pro-China, segala kinerja pemerintah dianggap sebagai pencitraan. Sebagian memang layak dianggap demikian, namun tidak tentu tidak semuanya. Masih ingat foto Presiden dan menteri yang sedang shalat tarawih di Padang? Itupun dikomentari sebagai pencitraan.

Menuduh Presiden hanya suka pencitraan tentu tidak seluruhnya salah. Namun kalau semua yang dilakukan presiden dituding pencitraan itu yang berlebihan.

Lihat juga misalnya kinerja kepolisian terkit penanganan terorisme. Kalau ada aksi peledakan bom yang berhasil, tentu polisi dan pemerintah akan disalahkan karena tidak mampu melindungi warganya. Tapi ketika teroris tertangkap sebelum beraksi, ada saja yang menuduh itu pengalihan isu atau pun pencitraan.

Sebagian malah menuduh sebagai upaya menyudutkan umat Islam. Saat penangkapan pelaku Bom panci Presto kemarin, ada saja yang menyebar kecurigaan bahwa KTP dan foto si wanita tidak sama.

Anehnya, ketika pelaku teror terbunuh, banyak yang menyebar berita si pelaku mati dengan tersenyum. Ada yang menyuarakan pelanggaran HAM. Jadi harus bagaimana?

 

3. Keresahan Berlebihan terhadap Kristenisasi

Isu kritenisasi juga menjadi salah satu bahan untuk menebar hoax. Misalnya sebuah klaim terhadap satu video disebar dalam sebuah Grup Facebook dengan klaim kristenisasi di rusun oleh Ahok. Narasinya menggiring opini pembaca seolah-olah nyata ada kristenisasi di rusun tersebut.

Ternyata video yang digunakan sebagai penguat narasi adalah video lawas di Youtube yang pertama kali muncul 15 September 2014 tentang kristenisasi umat Islam di Kelud.

Terlepas benar atau tidaknya klaim berita nonjurnalis itu, penggunaan video kejadian di suatu tempat untuk menguatkan tuduhan di tempat lain jelas pemelintiran fakta dan pembohongan.

 

4. Masuknya Organisasi Asing

Baru-baru ini ormas FBI (Forum Bhayangkara Indonesia) difitnah sebagai ormas bentukan WNA, khususnya China. Itu setelah terangkatnya kasus salah satu mitra FBI yang memalsukan dokumen.

Keberadaan FBI dituding sebagai salah satu ormas asing. Kasus tersebut langsung diviralkan dengan tuduhan Jokowi membuka jalan untuk ormas asing di Indonesia. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 59 Tahun 2016 tentang Organisasi Kemasyarakatan yang Didirikan Oleh Warga Negara Asing dituduh untuk memuluskan ormas seperti FBI. Lebih-lebih kasusnya terkait WNA China.

Faktanya, ormas FBI tidak ada kaitannya dengan PP. No 59 tahun 2016 karena ormas ini telah berdiri sejak tanggal 17 Maret 2014 alias sejak sebelum pemerintahan Jokowi. Bahkan ormas ini bukan didirikan oleh WNA apalagi China.

Ormas ini justru didirikan oleh WNI dan beberapa anggotanya berlatar belakang purnawirawan polisi, budayawan dan pengusaha. Sedangkan beberapa WNA tergabung dalam kepengurusan, posisinya bukan sebagai pendiri. Klarifikasi dari pihak ormas FBI bisa dibaca selengkapnya pada situs resminya, forumbhayangkaraindonesia.com atau akun Fb resminya.

Alih-alih sebagai ormas yang mengusung kepentingan asing, ormas yang baru berumur 2 tahun ini mengusung semangat penyatuan nusantara dan menjadikan sosok Gajah Mada sebagai inspirasi.
Terkait PP. No.59, bukannya mempermudah berdirinya ormas asing, menurut Kementerian Luar Negeri dalam situs resminya, www.kemlu.go.id, PP tersebut justru memperketat aturan pendirian ormas asing.

 

5. Bangkitnya Hantu PKI dan Komunisme

PKI dan komunisme seakan-akan telah nyata dan bangkit akan menguasai Indonesia. Padahal berbagai isu kebangkitan partai berlambang palu arit/sabit ternyata tidak terbukti. Seperti isu anggota PKI ada 15 juta yang pernah diisukan beberapa waktu lalu oleh Kivlan Zein nyata hanya isu semata. Foto-foto yang beredar sebagai penguat statemen oleh pendukung isu tersebut nyata hoaxnya.

Yang keterlaluan, sedikit-sedikit orang, kelompok atau ormas yang menentang isu PKI, akan segera dicap, dikaitkan sebagai pendukung PKI oleh kelompok yang mengamini isu ini. Bila diperhatikan polanya mirip dengan sedikit-sedikit dituduh Syiah.

Itulah 4 isu utama yang dijadikan target untuk terus dikembangkan. Berbagai berita palsu ujung-ujungnya untuk meyakinkan masyarakat bahwa pemerintah hanya gemar pencitraan, ada keterkaitan dengan china, masuknya kekuatan asing dan komunis sudah bangkit.

Waspada terhadap isu dan hoax yang kian banyak beredar, jika ingin NKRI tidak hancur seperti timur tengah.

Exit mobile version