DatDut.Com – Nama Sufyan Tsauri tentu bukan nama yang asing bagi para pengkaji hadis. Para ulama menjulukinya sebagai amîr al-mu’minîn dalam bidang hadis.
Ia dilahirkan pada tahun 97 tahun. Ia pindah dari Kufah untuk menetap di Basrah pada tahun 155 hijri. Wafat di Basrah pada tahun 191 hijri. Ia merupakan orang alim, ahli ibadah, dan zahid umat ini.
Meski mempunyai reputasi ilmiah dan nama besar, Sufyan Tsauri kerap memberi perhatian pada kondisi umat pada masanya, termasuk kepada para koleganya.
Salah satu bentuk perhatiannya adalah dengan berkirim surat. Berikut surat yang dikirimkannya pada seorang ahli ibadah yang tak disebutkan namanya dan termaktub dalam kitab ath-Thabaqat al-Kubra karya asy-Sya`rani:
“Kawan! Saat ini kita berada di suatu zaman yang para sahabat Nabi saja memohon perlindungan agar tidak menemui zaman ini. Padahal mereka mempunyai pengetahuan yang tidak kita punya. Mereka juga mempunyai kemajuan berpikir yang tidak kita miliki.
Lalu bagaimana dengan kita ketika kita harus menemui zaman ini dengan bekal ilmu yang sedikit, minim kesabaran, dan tak banyak orang yang mau mengerjakan kebaikan padahal kerusakan zaman begitu dahsyatnya. Karenanya, kita perlu ikuti apa yang diajarkan para sahabat dan berpegang teguhlah padanya.
Kita tak perlu berambisi untuk terkenal. Karena ini bukan zaman yang tepat untuk berambisi terkenal. Anda juga hendaknya selalu mengasingkan diri dan tidak banyak bergaul dengan orang lain.
Kalau zaman sahabat dulu, setiap kali sesama para sahabat bertemu, memang satu sama lain selalu memberi manfaat. Sekarang itu sudah tidak terjadi lagi.
Karenanya, saat ini kesalamatan akan diperoleh dengan cara menjauh dari pergaulan dengan orang lain. Hindarilah mendekati para penguasa atau bergaul bersama mereka dalam suatu urusan.
Jika itu dilakukan, maka akan dikatakan padamu, “(Dengan dekat penguasa) kamu bisa membantu orang yang dizalimi!” atau, “(dengan dekat penguasa) kamu bisa melawan kezaliman”. Padahal itu hanyalah tipuan iblis belaka.
Tak heran bila tipuan ini bisa memperdaya para ulama dan menjadikannya sebagai batu loncatan untuk dekat dengan para penguasa dan sebagai perburuan untuk dunia.”