DatDut.Com ~ Ali Audah (AA) adalah penerjemah yang juga sastrawan kelahiran Bondowoso, Jawa Timur, 14 Juli 1924. Tahun ini usianya tepat 91 tahun, banyak pihak yang mengatakan bahwa AA adalah penerjemah kesayangan Tuhan. Karena diusia yang sedemikian, AA masih tetap berkarya, tetap menerjemahkan karya-karya terbaik dunia ke dalam bahasa Indonesia.
Salah dua di antara beragam karyanya yang monumental adalah terjemah Tafsir Alquran 30 Juzz karya Abdullah Yusuf Ali setebal 1.824 halaman. dan Sejarah Hidup Muhammad karya jurnalis dan sastrawan Mesir, Muhammad Husain Haikal. Hingga kini kedua karya tersebut telah berkali-kali cetak ulang.
Meski hanya sekolah hingga kelas 2 SD, AA dikenal sebagai seorang polyglot, beliau menguasai dengan baik beberapa bahasa, di antaranya yaitu Arab, Inggris, Perancis, Belanda dan Jerman, tentu saja Bahasa Indonesia sebagai bahasa ibunya. AA sangat memahami dengan baik struktur dan tata bahasanya. Semua kecakapan yang beliau miliki kini, hasil dari belajar sendiri. Konon, ketika baru naik kelas 2 pada usia 7 tahun, ayahnya, Salim Audah, seorang ulama dan pengarang meninggal dunia, sehingga AA harus berhenti sekolah.
Sejak itu ia dibesarkan oleh ibunya, Aisyah Jubran. AA belajar menulis dengan mencorat coret di tanah sambil main gundu, belajar membaca dari berbagai macam kertas yang ditemuinya, salah satunya kertas pembungkus makanan. Karena kegigihan dan niatnya yang kuat, meminjam istilahnya Cak Nun, Indonesia telah berhutang kepadanya, karena AA telah memberikan banyak sekali karya yang sarat manfaat untuk bangsa ini. Berikut adalah 5 cara menjadi penerjemah ala Ali Audah:
1. Cintai karya yang ingin diterjemahkan
Menerjemahkan adalah membaca dengan sikap yang takzim. Seorang penerjemah mustahil akan menerjemahkan dengan baik karya yang tidak disukai dan dihormatinya. Menurut Quraish Shihab, AA menulis dan menerjemahkan seperti sedang membuat surat cinta, penuh penghayatan dan membuat pembaca tidak sadar kalau itu adalah karya terjemahan.
2. Banyak latihan
Bagi AA bakat bukanlah nomor satu, tetapi latihan yang tekun adalah syarat utama untuk sebuah keberhasilan, termasuk dalam penerjemahan. Maka keluhan “saya tidak bakat menjadi penerjemah” harus ditolak sesuai resep dari AA. Tetapi latihan yang terus menerus adalah cara terbaik untuk meningkatkan mutu sebuah karya, asli ataupun terjemahan.
3. Pahami dahulu sebelum memberi (pemahaman bagi yang lain)
Menurut Quraish Shihab, jika saja AA tidak hati-hati, pasti karyanya sudah lebih banyak dari apa yang diketahui sekarang. AA bukan hanya dikenal sebagai penerjemah yang polyglot, AA juga dikenal sebagai penerjemah yang cerdas. Beliau memahami betul sejarah Islam sehingga pembaca yang membaca buku Sejarah Muhammad seperti membaca karya asli bukan terjemahan. Beliau juga sangat memahami dengan baik bahasa dan budaya Arab, sehingga novel-novel Arab yang diterjemahkannya menjadi enak dan mengalir untuk dibaca.
4. Pilih kata dan kalimat yang benar-benar sesuai
Terjemahan yang bagus adalah yang tidak verbatim atau harfiah, tapi juga tidak parafrase atau terlalu bebas. Tengah-tengah saja, sehingga pembaca tahu bahwa itu terjemahan dan tanpa mengurangi gaya asli pengarang.
5. Rendah hati
Karena karya terjemahan yang baik, sang penerjemah ada di sana, tetapi ia dilupakan. AA sangat memegang prinsip tersebut hingga kini. Maka, rendah hatilah, wahai para penerjemah!