Datdut.Com – Syaikh Ibnu Athaillah terkenal sebagai sufi besar yang memiliki beberapa karya dalam bidang tasawuf.
Di antara beberapa kitab tasawufnya yang sampai kepada kita adalah Al-Hikam, Lathaiful Minan, Al-Tanwir fî Isqâth al-Tadbîr, Tâjul Arus Al-Hâwi li Tadzhîb al-Nufûs, al-Qaul al-Mujarrad fi Ismil mufrad.
Kitab Al-Hikam menjadi salah satu karya monumentalnya, sehingga kitab tersebut menjadi materi pokok dalam kajian tasawuf di berbagai pesantren.
Ia ulama yang hidup pada abad ke 7 Hijriyah, yang lahir di kota Alexandria (Iskandariyah).
Dalam bidang fikih, ia merupakan penganut Mazhab Maliki dan penganut Syadziliyyah dalam bidang tarekat. Beliau juga sempat mengajar di Al-Azhar dalam bidang fikih dan tasawuf.
Sebelum menjadi sufi besar, Ibnu Athaillah juga mempelajari seluruh ilmu keislaman, seperti gramatikal Arab, tafsir, hadis, fikih, usul fikih, dan lain sebagainya.
Sehingga ia pun memiliki banyak guru yang sangat berjasa dalam kehidupan masa depannya.
Pelajaran pentingnya, sekecil apa pun guru memberikan, ia tetaplah guru yang tidak boleh dilupakan jasa-jasanya. Berikut 5 guru Ibnu Athaillah:
1. Abu Abbas al-Mursi
Pengarang kitab Al-Wâfi bil Wafâyât menyebutkan bahwa nama beliau adalah Ahmad bin Umar bin Muhammad yang merupakan pewaris tarekat Syadziliyah.
Ia guru Ibnu Athaillah dalam bidang tarekat dan tasawuf. Sebelum berguru kepadanya, Ibnu Athaillah merupakan ulama yang anti akan ajaran tasawuf.
Dalam Lathaiful Minan, Ibnu Athaillah bercerita, “Dulu, aku sangat menentang sekali ajaran-ajaran tasawuf Abu Abbas al-Mursi. Hal itu karena saya tidak mendengarkan langsung ajaran-ajaran tasawufnya secara langsung.
Namun, ketika mendengarkan langsung ceramah-ceramahnya, keragu-keraguan saya terhadap ajaran tasawuf langsung hilang seketika.” Konon, ia belajar pada Abu Abbas al-Mursi selama 12 tahun.
2. Nashiruddin bin al-Munir
Nashiruddin bin al-Munir merupakan ulama Alexandria pakar fikih Maliki yang juga menjadi kadi pada masanya. Ia lahir pada tahun 620 Hijriyah sebagaimana ditulis oleh Shalahuddin dalam al-Wâfî bil Wafayât.
Namun, menurut riwayat lain, beliau lahir tahun 638 Hijriyah. Beliau merupakan guru Syaikh Ibnu Athaillah dalam berbagai macam bidang, seperti tafsir, hadis, fikih, dan usul fikih.
3. Syamsudin al-Ashfihani
Ahmad Darniqah dalam al-Thariqah al-Syadziliyah wa A’lamuha mengatakan bahwa Syamsudin al-Ashfihani merupakan guru Syaikh Ibnu Athaillah dalam bidang teologi (‘ilm kalam) dan filasafat.
Al-Ashfihan (Isfahan) merupakan nama salah satu kota di Iran. Ia lahir pada tahun 616 Hijriyah dan wafat tahun 688 Hijriyah.
Shalahuddin dalam al-Wâfî bil Wafayât menuturkan perjalanan Syamsudin al-Ashfihani dalam menuntut ilmu.
Salah satu kota yang ia kunjungi adalah Mesir. Besar kemungkinan, Ibnu Athaillah memanfaatkan waktunya untuk belajar teologi dan filsafat saat Syamsuddin berada di Mesir.
4. Al-Maruni
Dalam buku Syadzarat al-Dzahab, Ibnu Imad menyebutkan bahwa salah satu guru Ibnu Athaillah dalam bidang linguistik adalah al-Maruni.
Nama lengkapnya adalah Muhammad bin Abdul Aziz al-Maruni. Beliau merupakan pakar linguistik di Alexandria yang hidup satu masa dengan Syaikh Bahauddin bin Nuhas yang wafat pada tahun 698 Hijriyah.
5. Yaqut Al-Ursyi
Sya’rani dalam al-Thabaqât al-Kubrâ menyatakan bahwa Syaikh Yaqut Al-Ursyi merupakan guru Syaikh Ibnu Athaillah dalam bidang tasawuf.
Menurut Sya’rani, Syaikh Ibnu Athaillah terlebih dulu berguru tasawuf pada Syaikh Abu Abbas al-Mursi, lalu Syaikh Yaqut al-Ursyi. Beliau wafat pada tahun 707 Hijriyah di Alexandria.
Contents