
DatDut.Com – Santri di pesantren salaf atau tradisonal dituntut mempelajari kitab kuning, istilah untuk kitab ulama salaf, dengan menggunakan makna gandul. Makna gandul adalah terjemah perkata yang ditulis di bawah baris-baris kalimat bahasa Arab yang tertera dalam kitab.
Makna gandul itu bukan sekadar terjemah perkata, melainkan dilengkapi semacam rumus yang mengisyaratkan posisi kata yang dimaknai dalam ilmu tata bahasa Arab (nahwu).
Rumus huruf fa, misalnya, terletak di atas baris berfungsi menunjukkan posisi atau tarkib fail (subjek) bagi kata yang dimaknai. Dalam membaca pun, ada tata tertibnya. Makna yang harus disebut dulu, kode ataukah lafalnya.
Contoh kalimat ja`a zaidun, memaknainya ja’a ‘teko’, sopo zaidun ‘si zaid’. Kata sopo (siapa) itu adalah arti kode huruf fa di atas baris kata zaidun yang menunjukkan bahwa kata zaidun adalah fail atau subjek.
Secara umum, kebanyakan pesantren memaknai kitab kuning menggunakan bahasa Jawa, Sunda, atau Madura. Ketiga bahasa ini yang mendominasi makna-makna kitab ala pesantren. Menurut K.H. Said Aqil Siradj, makna gandul ala pesantren ini diciptakan oleh Syaikhona Kholil Bangkalan. Lalu apa sih keunggulan makna gandul ala pesantren salaf ini? Berikut 5 ulasannya:
- Sebelum Dipesantrenkan, Sebaiknya Kenalkan Dulu Dunia Pesantren pada Anak Anda - 25 September 2021
- Karamah Mbah Kiai Syafa’at, Pendiri Pesantren Darussalam Blokagung - 16 September 2021
- Ini 5 Keunggulan Memaknai Kitab Kuning ala Pesantren Salaf - 18 Agustus 2021
mohon izin paste geh…jazakumuLLah khayran
Salam
Sebelum membeli/memesan, bolehkah saya melihat dulu daftar kitab kuning dengan terjemahan kata perkata yang Bapak/Ibu miliki?
Terima kasih.
Agus Salim
tuhansayangiaku@gmail.com